Belajar di atas RATA-RATA!

Teng...teng..teng... udah jam 3 malam, maksud gw jam 3 subuh. Gak tau kenapa belakangan ini gw agak susah tidur. Karena susah tidur akhirnya gw juga susah bangun. Lah gimana mau bangun, tidur aja kagak. Iya, gw susah tidur mungkin karena akhir-akhir ini gw banyak pikiran. Mikirin apa? Mikirin kamu :* 
ya selain mikirin kamu, gw juga punya banyak hal lain yang mengantri untuk dipikirkan. Antriannya seperti ini,  barisan depan ada kamu, di belakang kamu adalah prestasi. Gw sebenarnya adalah anak yang tidak begitu ambisius mengejar prestasi. Tapi prestasi yang mengejar gw. heh.. Pernah waktu gw lagi nongkrong di kelas tiba-tiba prestasi datang. gw heran, ngapain nih prestasi datang kemari? akhirnya gw lari. gw gak tau kenapa prestasi ini terus ngejar gw. spontan gw nambahin kecepatan.. gw lari..lari..lari.. dan gw capek. Udah sekitar 20 putaran gw ngelilingi sekolah. Napas gw sesak, baju udah penuh keringat, bulu ketek gw udah jatuh bertebaran dimana-mana, tapi prestasi ini masih terus mengejar gw. Gak tau kenapa tiba-tiba hujan dan jalanan makin licin. Hujannya makin lebat jadi gw minta izin ama prestasi buat istirahat sebentar. Sekitar 10 menitan hujan akhirnya mereda. Setelah hujannya berhenti kami ngelanjutin kejar-kejarannya. Gw lari lagi, ternyata setelah hujan jalanan di sekolah lebih parah, becek dimana-dimana. Otomatis becek ini mengurangi kecepatan lari gw. Tapi lain halnya dengan prestasi, dia terus berlari menerobos genangan air. Kecepatan berlari gw semakin menurun dan kecepatan prestasi masih seperti awal dia berlari. mau tidak mau akhirnya gw ketangkap dan digebukin sama anak satu sekolahan. Yang gw bingung, ini sebenarnya cerita apaan. Tapi setelah luka bonyok gw sembuh, gw mencoba mencari hikmah di balik peristiwa ini. Setelah lama mencari akhirnya ketemu, hikmah lagi ada di atas pohon sambil gelantungan. Gw manjat.. ngambil hikmah. hikmahnya udah dapat. Ya Udah!

Sebenarnya gw cuma mau menggambarkan bahwa sebenarnya prestasi itu selalu mengejar kita. Dia tidak berlari berlawanan dengan kita, tetapi berlari menuju kita. Lalu mengapa masih ada orang yang tidak mendapatkan prestasi hingga sekarang? Menurut gw semua orang punya potensi untuk berprestasi, tapi ada sebagian orang yang justru lari ketika prestasi itu menghampiri. Seperti gw di cerita tadi. Tapi adakalanya ketika kita menghadapi masa-masa di mana kita sangat terpuruk, ketika hujan lebat itu datang. Tetapi bagaimanapun keadaannya. Hujan pasti akan berlalu. Bukankah pelangi datang setelah hujan. Lagipula hujan adalah sebuah berkah. Hujan mengajarkan kita untuk menyadari bahwa kita tidak selamanya berdiri di kondisi yang selalu baik. Ada saat-saat dimana kita harus merenung. Ketika hujan berlalu, timbullah becek-becek yang memperlambat setiap gerakan. Becek itu gw ibaratkan tugas. Tugas memang agak memperlambat kehidupan kita. Tetapi menurut cerita gw di atas, Becek malah mendekatkan gw dengan prestasi. Artinya Tugas mendekatkan kita dengan prestasi. Kok bisa? Pikir aja sendiri, gw juga kurang yakin... tapi, yakin-yakini ajalah biar enak. Akhirnya akan ada yang namanya Award atau penghargaan. yaitu luka-luka bonyok. Yang gw tau, semakin parah luka yang kita dapat, maka semakin lama bekas lukanya akan hilang bahkan ada bekas luka permanen. Sama halnya seperti Penghargaan.  

Dari kecil gw udah punya prinsip dan gw udah berjanji ama diri gw sendiri. Gw harus punya prestasi di setiap jenjang pendidikan yang gw jalani. Waktu SD dulu gw sempat dapat nilai tertinggi UN di sekolah dan hadiahnya adalah kamus bahasa Inggris yang masih gw pake sampai sekarang. Waktu SMP gw pernah dapat piala pertama gw, yaitu dalam lomba menulis resume di sekolah, meskipun cuma juara kedua dan hadiahnya cuma piala. Tapi piala ini masih terpajang tegas di rumah gw. Trus waktu SMA sebenarnya adalah dimana hujan lebat melanda gw. Nilai merah disana-sini remedial di hampir semua mata pelajaran IPA, dan kebanyakan main PS. Tetapi sperti cerita gw tadi, hujan pasti berlalu. Setelah hujan berlalu, akhirnya pelanginya muncul. Waktu itu ada teman gw namanya Wahyu Sigit, biasa gua panggil Brogit, tiba-tiba ngajak buat ikutan Lomba Karya Ilmiah Remaja. Karyanya udah jadi tinggal dipresentasikan. Gw ikut dan akhirnya dapat juara dua tingkat Sulsel. Itu namanya keberuntungan. thanks Brogit, mungkin tanpa ajakan Lu masa SMA gw terasa hampa :* #peluk. Sekarang gw kuliah di UIN Alauddin semester 2 dan gw berharap bisa dapat prestasi yg lebih dari sebelumnya. Gw ingat kata-kata dari Bang Fuadi, kalau kita mau lebih daripada orang lain, maka kita harus Belajar di atas RATA-RATA orang lain belajar! iya, BELAJAR DI ATAS RATA-RATA!   
#tidur

No comments:

Post a Comment