Yeaayy..
saya kembali ngeblog! Yuhuuu.. after I through
hard times. Yeah, sudah 2 tahun sejak postingan terakhir saya. Maba maba
maba.. yah sekarang bukan maba lagi. Sekarang saya sudah berada di dunia kerja.
Masa kuliah untuk angkatan Diploma 1 seperti saya cuma butuh waktu nyaris 1
tahun untuk wisuda. Not a long time, but a precious time. Semasa kuliah saya
lebih senang bermain Condition Strike dibanding membuka modul. Dan akhirnya
penempatan saya seakan meng”Strike” saya. Jauh dari rumah, dari keluarga, dari
peradaban pusat kota, dan dari makan
gratis dari yayang disana. Eh..
Saat
ini saya berada di salah satu kota di Sulawesi Selatan. Kota Palopo. Kota
terbesar ketiga di provinsi ini (Cuma ada tiga kota di provinsi ini).
Kota yang indah sebenarnya meskipun sebenarnya saya benar-benar belum yakin
kalau itu benar. Kota yang memiliki daerah pegunungan yang hijau terhampar, dan
memiliki pantai yang gelap kalau malam. Gelap tapi tidak sepi. How could?
Anything could be happen here in Sao Palopo. Kota dimana lampu traffic light
tiga-tiganya berarti maju jalan, kota dimana antrian beli bubur ayam lebih
pantas disebut antrian haji, kota dimana jumlah penjual nyo’nyang nya lebih
banyak dari komedo di hidung saya, kota dimana saya belajar mandiri untuk
mengarungi kerasnya hidup yang penuh dengan sandiwara ini. Membuat jarak merasa
menang, menjauhkan saya dari gadis yang.. ah sudahlah..
Terkadang
saya merasa menjadi orang yang sangat sial karena harus ditempatkan jauh dari homebase.
Tapi ketika melihat teman-teman lain
yang mendapatkan penempatan lebih jauh, atau melihat teman-teman SMA yang masih
berkutat dengan semester akhirnya, saya merasa sebaliknya. Siklusnya akan terus
seperti itu. Dan entah sampai kapan seperti itu. Satu hal yang saya yakini saat
ini adalah semua hal yang saya dapatkan sekarang tidak terlepas dari apa yang
saya usahakan pada masa lalu. Lulus Ujian Saringan Masuk STAN tidak terlepas
dari usaha mendedikasikan satu bulan libur perkuliahan untuk belajar soal-soal
ujian STAN. Alhamdulillah dengan izin Allah SWT dan doa orang tua saya.
Sayangnya usaha yang saya lakukan semasa kuliah tidak begitu maksimal, yah
tentu saja usaha yang tidak maksimal tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang
istimewa, unless it is called luckiness. Some people didn’t believe about
luckiness. I think I’m on their side. It’s all about effort. Saya memilih untuk
tidak berharap pada keberuntungan. Tapi kalau saya beruntung, Alhamdulillah.
Eh?! Apa nubilang Qadri.
Saya
berusaha melakukan hal yang berarti hari ini (red: niat). Berharap mendapatkan
sesuatu yang istimewa di masa mendatang. Motivasi telah saya kumpulkan, mulai
dari menatap lekat2 foto orang tua, kakak, adik, dan calon istri. Upss. Bahkan
menonton video log anak kuliahan di luar negeri, si afif, gita savitri, ataupun
maudy ayunda. Lumayan memotivasi lah videonya. Semoga bisa menjadi orang yang
lebih sukses nantinya. Aamiin..
Jadi,
usahanya dimulai hari iniiiii..!!
BISMILLAH…